Belajar Terus, Why Not?

Agustus 05, 2016

Hello readers, kali ini saya mau share pemikiran sederhana saya. Sesuai judulnya, saya akan membahas suatu proses yang secara sadar atau tidak sadar kita lakukan setiap hari yaitu : belajar. 

Kita semua tentu pernah belajar. Perlu diketahui, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘belajar’ berarti : (1) Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. (2) Berlatih. (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Wah ternyata banyak banget ya definisi dari belajar. Jadi, lingkup belajar yang akan saya bahas kurang lebih mencakup tiga poin tadi.  
Mari kita lihat di definisi pertama, yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Bagi yang pernah merasakan bangku sekolah formal (SD / MI, SMP / MTS, SMA / SMK / MA, Kuliah) pasti dong pernah belajar. Ya, belajar merupakan proses yang diutamakan dari sekolah formal tersebut, selain pendidikan karakter. Saat sekolah, kita hampir setiap hari belajar bersama teman, dan guru di sekolah. Pulang sekolah pun, kita punya kewajiban untuk belajar (kadang sih, ada yang bilang ini bukan kewajiban kalau nggak ada PR atau ulangan di hari setelahnya). Kadang kita diberikan PR untuk ‘memaksa’ kita belajar di rumah. Saya yakin, kita sepakat bahwa yang seharusnya dihargai adalah proses belajarnya, bukan hasilnya. Nikmati prosesnya, begitu kata orang bijak. Ya, belajar harus benar – benar kita hayati sebagai sebuah pengalaman hidup.  

Lanjut ke definisi kedua, yaitu berlatih. Saya yakin anda pernah merasakan proses ini. Belajar berjalan pada saat kita masih balita sebenarnya adalah proses berlatih. Di kemudian hari, ketika kita sudah beranjak dewasa, kita akan lebih sering mengalami proses berlatih. Berlatih alat musik, berlatih baris berbaris, berlatih naik sepeda, dan lain – lain. Bagi yang sudah membaca buku ‘Outliers’ karangan Malcolm Gladwell, pasti sudah tahu aturan 10.000 jam. Ya, dibutuhkan 10.000 jam latihan untuk menjadi seorang expert di bidangnya. Misalnya, anda ingin menjadi seorang gitaris andal, maka anda butuh 10.000 jam latihan bermain gitar untuk mencapai tujuan tersebut. Tapi latihannya harus rutin dan continuous ya, jangan setengah - setengah (kadang latihan kadang enggak latihan).   
Untuk meraih kesuksesan, bakat saja tidaklah cukup. Kita perlu mengasah kemampuan kita lebih dalam dengan berlatih. Sebagai contoh, di dunia competitive programming ada seorang yang telah menjuarai beberapa kompetisi pemrograman tingkat dunia pada usia yang sangat muda. Dialah Gennady Vladimirovich Korotkevich (atau yang biasa disebut ‘tourist’). Di usia yang masih sangat muda, ia sudah menunjukkan tanda – tanda kecerdasannya. Anda dapat membaca kisahnya di https://en.wikipedia.org/wiki/Gennady_Korotkevich. Beruntung ia memiliki orang tua yang memacu semangatnya dalam mempelajari ilmu informatika lebih dalam dan berlatih secara teratur. Hasilnya? Ia sudah menyumbang 1 medali perak dan 6 medali emas dalam IOI (International Olympiad in Informatics) untuk negara Belarusia. Sebuah rekor yang belum terpecahkan hingga saat ini. Belum lagi prestasinya di berbagai ajang kompetisi lainnya seperti Topcoder Open, Google Code Jam, VK Cup, Russian Code Cup, dan lain – lain. Intinya, latihan rutin itu sangat penting! 

(in picture : Gennady Vladimirovich Korotkevich) 
(source http://developers-club.com/posts/180617/) 

Di definisi ketiga, yaitu berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Ini yang paling menarik menurut saya. Ada yang bilang bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ada benarnya menurut saya. Sederhananya, kita bisa belajar dari pengalaman kita ataupun pengalaman orang lain. 

Kita pasti pernah mencoba belajar dari pengalaman pribadi kita. Tapi pernahkah kita belajar dari kesuksesan atau kegagalan orang lain?  
Misal, kita mempunyai teman bernama ‘Rian’. Suatu hari Rian berbelanja di sebuah online marketplace (sebut saja) ‘x’. Disana ternyata Rian ditipu oleh salah satu penjual, dan ketika dilaporkan ke pihak ‘x’, ternyata pihak ‘x’ tidak memberikan jawaban memuaskan. Dari pengalaman Rian, kita kemudian paham bahwa ternyata ‘x’ bukanlah online marketplace yang memiliki reputasi yang baik. Dan yang lebih penting, kita harus berhati – hati dalam bertransaksi online. 

Ada pula teman kita yang lain sebut saja ‘Irwan’ yang memulai berwirausaha. Ia berkeinginan untuk memajukan usahanya dengan memanfaatkan online marketplace untuk mempromosikan sekaligus meningkatkan penjualan barang dagangannya. Ia sangat berhati – hati dalam memilih online marketplace. Sampai akhirnya ia menemukan Tokopedia (www.tokopedia.com). Ia memulai membangun reputasi disana hingga ia memiliki banyak pelanggan tetap. Kita bisa belajar dari pengalaman Irwan, bahwa ternyata Tokopedia (www.tokopedia.com) adalah online marketplace yang terpercaya. 

Orang jawa bilang, “urip iku sawang – sinawang”. Hidup itu saling memandang. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain, bagaimana ia mencapai tujuannya, mengapa ia bisa gagal, dan lain – lain. Tidak ada salahnya kan kita belajar dari pengalaman orang lain? Hehe. Dan percaya atau tidak, selama anda membaca artikel blog ini, anda juga sudah belajar. Nah loh. 

You Might Also Like

0 komentar