Dieng, Kota Gembel di Ketinggian Jawa
Mei 10, 2016
Dieng sebuah dataran tinggi yang terletak di Jawa
Tengah. Dieng akhir-akhir ini banyak dikunjungi pelancong dari dalam negeri
maupun luar negeri untuk menghabiskan waktu berliburnya dengan menikmati
keindahan alam serta panorama ciamik yang memanjakan mata dan seakan memberikan
efek relaksasi setelah sibuk beraktifitas. Selain keindahan alam serta Dieng
juga terkenal akan keramah tamahan penduduk lokalnya yang sangat menerima para
wisatawan yang melancong kesana, tak ada sama sekali kesan negatif yang
diberikan mereka para penduduk lokal. Mereka justru menganggap para pelancong
atau turis tersebut sebagai bagian dari keluarga mereka.
Ada
sebuah hal unik dan sangat menarik yang dapat kalian temui di Dieng, yaitu
anak-anak berambut gimbal. Awalnya saya pikir anak-anak berambut gimbal
tersebut hanyalah mengikuti tren kebudayaan Reggae yang lahir dan berkembang di
Jamaika, namun setelah ditelusuri lebih lanjut ada sebuah cerita menarik yang
menghiasi anak-anak berambut gimbal tersebut. Anak-anak berambut gimbal ini
disebut gembel oleh penduduk lokal dan hal yang menakjubkan adalah
rambut-rambut gimbal dari anak-anak tersebut bukanlah rambut hasil dari salon
melainkan tumbuh dan terbentuk secara alami.
Dalam
sebuah cerita rakyat setempat dikisahkan bahwa anak-anak berambut gimbal
tersebut adalah sebuah titipan dari Ratu penguasa pantai selatan yaitu Nyi Roro
Kidul kepada seorang pemuka Kerajaan Mataram Islam yaitu Kyai Kolodete yang
menandakan bahwa kehadiran manusia-manusia berambut gimbal (gembel) tersebut
adalah sebagai tanda kesuburan dan kemakmuran di tanah Dieng, semakin banyak
anak-anak berambut gimbal maka akan semakin makmur dan subur tanahnya. pada
sebuah kisah Kyai Kolodete bersama Nyi Roro Ronce diperintahkan untuk mendiami
dan memerintah sebuah wilayah dataran tinggi yang sepi penduduk di Tengah Jawa,
wilayah itu kita kenal kemudian dengan Dieng.
Cerita
tersebut kemudian diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat Dieng dan
dipercaya hingga sekarang. Bagi masyarakat Dieng, kehadiran anak-anak gembel di
Dieng bukanlah sebuah petaka melainkan sebuah bentuk nikmat yang diberikan oleh
Tuhan kepada mereka, bagi orang tua yang memiliki anak berambut gimbal, hal itu
bukanlah menjadi sebuah aib, mereka justru percaya bahwa anak mereka merupakan
karunia dan titisan Tuhan yang dititipkan kepada mereka.
Awalnya
pada saat kelahiran, anak-anak tersebut belumlah memiliki rambut yang gimbal,
rambut mereka tumbuh normal sebagaimana mestinya rambut anak-anak lainnya.
Rambut gimbal ini biasa tumbuh pada saat umur si anak belum menginjak umur 3
tahun. Kemunculan rambut gimbal ini ditandai dengan demam tinggi yang dirasakan
sang anak, sehingga si anak terasa akan sedikit tersiksa. Suhu tubuh sang anak
akan turun pagi harinya dan ditandai dengan kemunculan rambut gimbal pada sang
anak.
Anak-anak
berambut gimbal menurut penduduk lokal
adalah anak yang suci, segala bentuk permintaan yang diinginkan sang anak
berambut gimbal harus dituruti secara tepat. Jika rambut gimbal tersebut
dipotong secara paksa tanpa ada permintaan dari sang anak maka rambut gimbal
tersebut akan kembali tumbuh dan sang anak akan mengalami demam tinggi kembali
sama persis dengan tumbuhnya rambut gimbal pertama kali, dan jika hal tersebut
dilakukan terus menerus secara berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama,
rambut gimbal tersebut akan tetap tumbuh.
Ada
sebuah ritual khusus untuk menghilangkan rambut gimbal tersebut, ritual tersebut
disebut dengan Ruwatan. Pelaksanaan ritual Ruwatan ini harus mengikuti aturan
khusus dan harus atas kemauan sang anak agar rambutnya dipotong, karena jika
anak tersebut tidak ingin rambutnya dipotong maka rambutnya akan tumbuh gimbal
kembali. Dalam upacara ruwatan ini sang anak biasanya akan meminta sebuah permintaan
apapun kepada orang tuanya yang harus dikabulkan, meskipun permintaan tersebut
sebenarnya tak dapat disanggupi oleh orang tuanya, jadi jika sang anak
menginginkan helikopter, maka helikopter tersebut harus ada dan dimiliki sang
anak. Lalu upacara akan dilanjutkan dengan pemberian sesaji-sesaji kepada
Dewa-Dewi demi keselamatan sang anak, dan terakhir dilakukan proses pemotongan
dan diberikan doa agar anak tersebut tetap sehat dan selamat dunia serta
akhiratnya.
0 komentar